Remaja Pinggiran dan GBOWIN: Ketika Geng Nongkrong Berpindah ke Dunia Digital
Remaja Pinggiran dan GBOWIN: Ketika Geng Nongkrong Berpindah ke Dunia Digital
Blog Article
Cerita dari Lapangan Futsal yang Sekarang Sepi
Dulu, tiap sore, lapangan futsal di pinggiran Bekasi selalu penuh. Anak-anak usia belasan main bola tanpa alas kaki, kadang bawa bola plastik robek. Sekarang? Lapangan kosong. Yang tersisa hanya bekas sandal dan warung yang tak lagi ramai.
Wawan, 17 tahun, yang dulu dikenal sebagai “Ronaldo Kranji”, sekarang lebih dikenal sebagai “Admin Gbowin Kelas C”. Ia bukan lagi striker lapangan, tapi pengendali grup Telegram yang berisi 83 teman seangkatannya—semuanya sudah tahu apa itu GBOWIN.
Bukan Sekadar Main—Ini Pergaulan Baru
Bagi Wawan dan teman-temannya, GBOWIN bukan cuma tempat main, tapi semacam kode sosial. Yang jago main disebut “bos slot”, yang sering kalah disebut “tol tol” (tolol tapi hoki kadang-kadang).
Bahasanya pun unik:
“Udah spin hari ini?”
“Gas room naga, kayaknya hoki hari ini.”
“WD gue nyangkut, tapi katanya mau cair jam 3.”
Semuanya terdengar seperti bahasa pasar digital generasi baru. GBOWIN menjadi pusat percakapan, candaan, dan simbol status. Siapa yang paling sering WD (withdraw), dia yang paling ditakuti dan dihormati.
Perubahan Budaya Nongkrong
Dulu nongkrong artinya beli kopi sachet dan main gitar di emperan. Sekarang nongkrong artinya buka HP rame-rame, saling tunjuk kemenangan, dan minta kode referral dari teman yang “udah pro”.
GBOWIN bahkan mengubah relasi sosial. Ada “mentor slot”, “anak buah referral”, bahkan “warung top up” di gang sempit yang dikelola oleh abang-abang yang dulu jualan kuota.
Orang Dewasa Tak Mengerti, Tapi Dunia Mereka Nyata
Banyak orang dewasa menganggap ini “kecanduan game”. Padahal, bagi Wawan dan generasinya, ini bukan sekadar game—ini adalah komunitas, rasa punya kuasa, dan pelarian dari kenyataan keras di rumah dan sekolah.
Orang dewasa bilang:
“Mending kerja bener!”
Tapi anak-anak ini hidup di dunia di mana kerja keras tidak selalu cukup. Maka GBOWIN hadir sebagai tempat mereka bisa merasa punya kendali.
Kesimpulan: GBOWIN Bukan Soal Benar atau Salah, Tapi Soal Realita
Apakah ini semua sehat? Apakah ini harus didukung? Itu debat panjang. Tapi satu hal pasti: GBOWIN telah menjadi bagian dari ekosistem budaya digital anak muda Indonesia, terutama mereka yang tinggal di area yang jarang disorot.
Dan selama sistem belum bisa memberi ruang mimpi yang layak, anak-anak seperti Wawan akan terus mencari dunia alternatif—sekalipun itu hanya dari layar HP kecil, dengan ikon warna-warni, dan satu kata: GBOWIN.
Report this page